Minggu, 24 Januari 2016

Analisa artikel “Masyarakat dan kebudayaan virtual


Virtual adalah sebutan global untuk dunia maya. Sebut saja internet yang bisasa banyak orang ketahui tentang dunia maya. Di era modern seperti ini teknologi informasi berkembang sangat pesat dan cepat mengikuti kebutuhan masyrakatnya. Konsumen dunia maya semakin banyak dilihat dari perkembangan dunia maya yang disebut sosial media. Perkembangan yang diharapkan dapat membuat kemajuan pada kehidupan manusia justru menimbulkan beberapa efek negative untuk kebiasaan sehari-hari yang akhirnya mempengaruhi kebudayaan hidup bermasyarakat manusia di lingkungannya.

James Slevin telah menuliskan artikel di dalam bukunya ‘The Internet and Society’ yang berjudul ‘The Internet and Forms of Human Association’. Ia mengakui konsep “community” atau komunitas sulit ditemukan arti yang sesungguhnya. Namun konsep ini merujuk pada “the communal life of a sixteenth-century village—or to a team of individuals within a modern organization who rarely meet face to face, but who are successfully engaged in online collaborative work.” Slevin membagi dua penggunaan konsep “community” ini, pertama, komunitas dapat dipakai untuk menjelaskan adanya kompleksitas berbagai pertimbangan (pengetahuan/informasi) antara realitas dan ide. Kedua, penggunaan konsep komunitas jauh melebihi dari bentuk baru perkumpulan (asosiasi) manusia (Denis McQuail (ed.), 2002: 148).

            Dilihat dari apa yang dituliskan Slevin pada bukunya, bahwasanya arti komunitas sendiri tak dapat ditemukan secara spesifik karna ada beberapa, maksud dari komunitas sendiri bisa dilihat dari pengaruh yang dihadirkannya. Ada komunitas yang memang dibentuk untuk kumpulan orang-orang dengan hobi yang sama, dibentuknya dengan tujuan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan suatu gerakan seperti olahraga dan lain-lain. Adapula komunitas yang dibentuk secara virtual untuk memberikan informasi seputar dunia pendidikan atau pengetahuan umum, seperi www.wikipedia.com. Untungnya dari situs seperti ini adalah kita bisa dengan mudah mendapat informasi secara cepat dan ‘hampir’ akurat, informasi selalu diperbaharui dan cukup ilmiah. Banyak dari kita bisa mendapat informasi yang secara langsung tak dapat dijamah. Buruknya adalah ini membuat manusia terlihat seperti “manusia tribal” dimana pada zaman primitif sekelompok manusia hanya mengumpulkan informasi dari satu tempat. Satu tempat yang dimaksud disini adalah “internet”, atau yang sedang booming saat ini adalah berbelanja online pada situs khusus, seperti www.zalora.com. Memang kita akan sangat mudah mendapat barang atau keperluan sehari-hari dari situs belanja online, khusus di situs ini kita bisa membeli kebutuhan pakaian, mulai dari pakain dalam, pakaian tidur, sampai gaun dan pakain formal. Tanpa disadari dengan mengonsumsi situs belanja online telah merubah kebudayaan berbelanja manusia. Banyak dari kita akan malas untuk pergi ke toko perbelanjaan. Ada banyak situs-situs yang bisa sangat banyak bila disebutkan.

Adapula efek negative terhadap anak di bawah umur. Di dunia virtual yang sangat pesat ini banyak anak-anak dibawah umur yang justru dengan sangat mudah mengakses video atau informasi yang tidak sesuai usianya sehingga pada zaman seperti ini sulit membedakan dunia anak-anak dan dunia dewasa. Banyak juga masyarakat yang akirnya kecanduan mengonsumsi internet bisa dilihat dari lingkungan sekitar dimana banyak orang yang berhenti bicara dan lebih memilih focus pada telepon genggam pribadinya. Ada yang mengotak-atik akun media sosialnya seperti instagram, twitter, facebook, path, askfm, dan lain sebagainya. Bahkan di dunia pendidikan dunia virtual sudah mempengaruhi kualitasnya, banyak guru atau tenaga pengajar yang akhirnya malas untuk mengajar di dalam kelas dan lebih memilih untuk kelas virtual yang saya nilai kurang efektif untuk jenis pendidikan yang diharuskan face to face.





     Based on :