Rabu, 29 Oktober 2014

manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial



1.     Manusia sebagai makhluk individu
Individu berasal dari kata in dan devided yang dalam bahasa inggris in memiliki arti ‘tidak’, sedangkan devided artinya ‘terbagi’. Jadi, individu artinya ‘tidak terbagi’, atau ‘satu kesatuan’. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium artinya ‘yang tidak terbagi’. Keduanya memiliki arti fungsi yang sama yaitu menjelaskan satu kesatuan yang tidak terbagi.

Sebagai makhluk individu, manusia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Manusia dikatakan makhluk individu apabila memiliki semua unsur tersebut. jika salah satunya hilang, maka tidak dapat lagi disebut sebagai makhluk individu.

Salah satu ciri uniknya ialah memiliki ciri sendiri karena manusia tidak ada yang sama persis atau memiliki kesamaan yang sangat identik. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip(ciri fisik, karakter dan sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan) dan genotip(terlahir dengan ciri fisik dan karakter yang sama seperti induk atau keturunannya).

Ciri khas seseorang disebut kepribadian. Kepribadian terbentuk dari faktor fenotip(lingkungan) dan faktor genotip(keturunan) yang saling berinteraksi secara terus-menerus. Menurut Nursid Sumaadmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan. Menurutnya, faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas pada seseorang. Sedangkan menurut Mayor Polak “kepribadian adalah seluruh sikap, kelaziman, pikiran dan tindakan, baik biologis maupun psikologis, yang dimiliki oleh seseorang dan berhubungan dengan peranan dan kedudukannya dalam berbagai kelompok dan memepengaruhi kesadaran dirinya”. Lain halnya dengan Nursid Sumadmadja, Mayor Polak tidak memasukkan faktor lingkungan sebagai faktor terbentuknya sebuah kepribadian. Sedangkan Hoton dan Hunt mengutip baatasan kepribadian  bahwa “keseluruhan perilaku seseorang yang merupaka interaksi antara kecenderungan-kecenderungan yang diwariskan secara biologis dengan rentetan-rentetan siituasi lingkungan”.

2.     Manusia sebagai makhluk sosial
Yang dimaksud sebagai makhluk sosial ialah mamopu berinteraksi dengan manusia yang lain atau secara berkelompok. Juga memiliki kebutuhan, kemampuan dan kebiasaan tertentu. Aristoteles menyatakan manusia sebagai zoon politicon yang berarti ‘binatang politik’. Yang menjelaskan bahwa menusia memiliki kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi teratur, sistematis dan memiliki nilai-nilai yang bisa dikembangkan. Sifat berkemlompok pada manusia didasari dengan kepemilikan akal dan sifat yang mampu berkomunikasi dan berargumen. Serta memiliki nilai kesatuan, solidaritas, kebersamaan dan mampu berorganisasi.
Nilai yang dimaksud adalah prinsip-prinsip dasar yang di anggap paling baik, paling bermakna, paling berguna dan paling menguntungkan untuk manusia lainnya. Aktualisasi manusia sebagai makhluk sosial tercermin dalam kehidupan berkelompok yang merupakan kebutuhan bagi manusia itu sendiri. Nyatanya manusia memang hidup bergantung pada orang lain. Manusia hidup berkelompok bertujuan untuk mencapapi kebahagiaan hidupnya. Memlalui berkelompok, manusia dapat memenuhi kebutuhannya.
Sesuai kodratnya, manusia adalah makhluk sosial dan bermasyarakat.  Yang di dalamnya terdapat interaksi-interaksi, seperti pendapat para ahli, yakni:
1.       H. Booner dalam buku Social Psyhcology, ia menulis “interaksi sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana kelakuan yang satu mempengaruhi, merubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”
2.       Gillin dan Gillin (1954) menyatakan “interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok.

Adapun unsur-unsur biologis seperti mempertahankan diri, makan, dan bereproduksi atau memepertahankan jenisnya. Adapun kecenderungan  sosial untuk meniru atau membentuk diri, seperti:
1.       Penerimaan bentuk kebudayaan. Dimana manusia meniru gaya hidup atau adat istiadat di suatu daerah tertentu sebagai identitas jenisnya.
2.       Penghematan tenaga. Dimana manusia meniru untuk tidak banyak menggunakan banyak tenaganya agar kinerja manusia dalam bermasyarakat dapat erjalan secara efektif.
Faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia;
1.       Tekanan emosional.
2.       Harga diri yang rendah.
3.       Isolasi sosial.

Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia membutuhkan orang lain. Manusia hidup bergantung pada orang lain. Manusia juga membutuhkan Tuhan dalam hidupnya sebagai pedoman dan guna memperoleh ketenangan jiwa. Tanpa memepercayai Tuhan manusia tidak akan merasakan ketenangan melainkan kegelisahan dalam hidupnya.

Sumber ;